Salah satu kebudayaan Irian Jaya yang terkenal hingga ke mancanegara adalah seni ukir suku Asmat. Seni ukir Asmat telah dikenal luas sejak terjadi kontak antara suku Asmat dengan budaya Barat pada tahun 1700-an. Saat ini, jumlah mereka kurang lebih sekitar 70 ribu orang. Masyarakat Asmat terdiri dari 12 sub-etnis, dan masing-masing memiliki ciri khas pada karya seninya.
Sarana Komunikasi dengan Dunia Roh
Bagi suku Asmat, mengukir kayu bukanlah sekadar seni, namun sudah merupakan bagian dari spiritualitas hidup dan kepercayaan mereka terhadap roh leluhur. Suku Asmat percaya bahwa kematian bukanlah sesuatu yang alami, tetapi disebabkan oleh sihir hitam yang datang dibuat oleh musuh, kecuali orang yang mati terbunuh di peperangan atau anak bayi yang baru lahir. Untuk menghormati roh leluhur, suku Asmat menuangkannya ke dalam bentuk ukiran kayu. Ketika suku Asmat mengukir, mereka tidak sekadar melakukan kegiatan seni. Namun pada saat itu mereka tengah dengan berhubungan dengan dunia roh dan berkomunikasi dengan arwah keluarganya yang sudah meninggal. Bagi orang Asmat, setiap ukiran yang telah mereka buat adalah representasi dari kerabat mereka yang telah meninggal
Karakteristik Ukiran Asmat
Ukiran suku Asmat memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan seni ukir dari daerah lainnya. Perbedaan tersebut dikarenakan beragamnya sub-etnis Asmat yang berpengaruh pada setiap hasil ukirannya. Setiap suku memiliki keunggulan tersendiri. Ada yang menonjol pada ukiran salawaku atau perisai, ada pula yang memiliki ukiran untuk hiasan kano dan ada yang unggul pada ukiran tiang kayu.
Bukan itu saja, setiap karya ukir yang dihasilkan tidak ada yang memiliki kesamaan satu sama lainnya, baik dari segi pola maupun skala. Jadi, kalau Anda memiliki satu patung Asmat dengan pola tertentu, maka tidak akan ada yang menyerupainya sama persis. Ukiran suku Asmat bersifat naturalis dengan memiliki beragam motif, mulai dari patung manusia, panel, perisai perahu, tifa, telur kasuari sampai ukiran tiang. Mereka menjadikan pengalaman hidup dan lingkungan tempat tinggal sebagai pola ukiran mereka, seperti perahu, pohon, binatang dan orang berperahu, orang berburu dan lain-lain. Karena pola dan cara membuatnya yang rumit itulah karya ukir Suku Asmat bernilai tinggi dan terkenal ke mancanegara.
Bisj, Ukiran Asmat yang Paling Mengerikan

Ukiran tradisional Asmat yang paling mengerikan adalah bisj. Bisj adalah tiang kayu yang mewakili para leluhur yang telah meninggal dunia. Tiang bisj tersusun dari dua figur leluhur atau lebih yang diukir bertingkat atas-bawah
Pada awalnya, Bisj dibuat sebagai perlengkapan dalam upacara tradisional pemenggalan kepala dan kanibalisme para musuh yang berhasil dikalahkan agar arwah leluhur tenang. Namun oleh pemerintah RI upacara ini dilarang, sehingga kini tradisi Bisj sudah memudar dan mulai terlupakan orang
0 komentar:
Posting Komentar